Lisan menjerat ke neraka

Pada hadits ke-29 dari kitab Arba’in An-Nawawiyyah, Mu’adz bin Jabal ra bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Nabi Allah, adakah kita terhitung berbuat dosa dikarenakan apa yang kita bicarakan? Maka Rasulullah saw bersabda, ‘Ibumu kehilangan dirimu wahai Mu’adz, tidakkah banyak manusia terjerumus mukanya di dalam neraka dikarenakan lidahnya’, atau ‘tidakkah hidung manusia terjerembab ke dalam neraka dikarenakan jeratan-jeratan lidahnya!?’”

Banyak sekali manusia yang masuk neraka disebabkan jeratan lisannya. Utamanya sebagai berikut:

1. Melalui lisan, seseorang bisa terperosok ke dalam kemusyrikan. Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang meninggal dunia, sementara dia memohon dan berdoa kepada selain Allah swt sebagai sekutu bagi-Nya, maka ia masuk neraka,” (HR Bukhari [4497]).

2. Berbohong atas Allah swt dan Rasul-Nya. Allah berfirman, “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya, ‘Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?’ Orang-orang musyrik itu menjawab, ‘Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami.’ Dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir,” (QS Al-A’raf [7]:37).

Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang meriwayatkan hadits dariku yang ia tahu bahwa hadits itu dusta, maka ia termasuk salah seorang pendusta,” (HR Ahmad [17719, 17746, 17776]).

3. Memberi fatwa tanpa ilmu. Allah swt berfirman, “Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui,” (QS Al-A’raf [7]:33).

Dan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah swt tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnya dari para hamba, akan tetapi, Allah swt mencabut ilmu dengan mencabut nyawa para ulama sehingga tidak tersisa seorang alim pun, lalu manusia mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, lalu mereka ditanya, lalu mereka memberi fatwa tanpa ilmu, maka tersesatlah mereka dan mereka menyesatkan,” (Muttafaqun ‘alaih; Bukhari [100], Muslim [2673]).

4. Bersumpah dengan selain Allah swt. Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang bersumpah dengan selain Allah swt, maka ia telah menjadi kafir atau musyrik,” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad [6036], Abu Daud [3251] dan At-Tirmidzi [1535], lihat pula Irwa’ al-Ghalil [2561]).

5. Memberi kesaksian palsu. Rasulullah saw bersabda, “Maukah saya beritahukan kepada kalian dosa-dosa besar yang terbesar? Beliau saw mengulanginya tiga kali. Para sahabat berkata, ‘Mau wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua’. Rasulullah saw tadinya bersandar lalu duduk tanpa bersandar, lalu bersabda, ‘Ingatlah, dan kesaksian palsu’. Perawi berkata, ‘Rasulullah saw mengulangi kalimat terakhir itu berkali-kali, sehingga kami berkata, ‘Semoga beliau saw segera diam,” (HR Bukhari [2654, 5976, 6273, 6871] dan Muslim [88]).

6. Menuduh orang lain berbuat zina. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,” (QS An-Nur [24]:23). Lihat pula ayat 4 dan 5 surat An-Nur.

Sementara Rasulullah saw bersabda, Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Ditanyakan: ‘Wahai Rasulullah, apa itu tujuh dosa yang membinasakan?’ Beliau saw bersabda, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt kecuali secara hak, memakan harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri saat berkecamuk perang dan menuduh zina wanita suci nan beriman,” (Muttafaqun alaih; Bukhari [2767, 6857] dan Muslim [89]).

7. Mempublikasikan aib dan dosa seorang Muslim dan tidak menutupinya. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS An-Nur [24]:19).

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya jika engkau mencari-cari aib manusia, maka sungguh engkau telah merusak atau membinasakan mereka atau hampir merusak atau membinasakan mereka,” (HR Abu Daud [4888], lihat pula Shahih Sunan Abi Daud [4088]).

8. Berbohong atas seseorang dan ghibah. Allah swt berfirman, “Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata,” (QS An-Nisa’ [4]:112).

Dan Rasulullah saw bersabda: “Tahukah kalian apa itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah saw bersabda, ‘Engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak ia sukai.’ Ditanyakan: ‘Lalu bagaimana jika pada diri saudaraku itu terdapat apa yang aku katakan?” Beliau saw bersabda, ‘Jika padanya terdapat apa yang engkau katakan, berarti engkau telah meng-ghibah-nya, dan jika padanya tidak terdapat yang engkau katakan, berarti engkau telah berdusta atasnya,” (HR Muslim [2589]).

9. Berbohong secara umum. Allah swt berfirman, “Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa,” (QS Al-Jatsiyah [45]:7).

Dan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu menunjukkan surga, dan sesungguhnya seseorang berbuat jujur sehingga ditulis sebagai seorang shiddiq, dan sesungguhnya dusta itu menuntun kepada keburukan dan keburukan itu menuntun kepada neraka dan bahwasanya seseorang berbuat dusta sehingga ditulis sebagai pendusta,” (Muttafaqun ‘alaih; Bukhari [6094], Muslim [2607]).

10. Fitnah dan adu domba. Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga si tukang adu domba (perusak hubungan antara manusia),” (HR Muslim [105]).

Sumber : Kisah Islami